Rabu, 24 Februari 2010

Eskapis


Sekarang udah minggu terakhir Februari. Makin dekat dengan batas akhir sidang. Motivasi buat ngerjain TA lagi belum ada :(. Udah kira-kira sebulan setengah ini kabur dari TA. Yang sebenernya pas awalnya ga direncanain selama ini. Time flies.

Pas tadi bangun tidur (siang). Tiba-tiba langsung kepikiran. Semua kemalasan saya. Kebiasaan menunda-nunda saya. Kebiasaan kabur saya. Entahlah, mungkin saya terbiasa dengan ini gara-gara tujuan saya selalu tercapai, meski dengan kemalasan yang luar biasa ini. Bahkan kadang-kadang malah dapet hasil yang tidak diduga-duga (masuk ITB :D, meski spmb males-malesan, kabur dari SSC, dan udah pasrah aja). Meski di lain kesempatan, hasil yang dicapai tidak maksimal, penuh dengan kesalahan di sana sini, yang mungkin beberapa fatal. Seperti waktu selalu kabur dari praktikum atau ngerjain laporan pas jaman surveying, yang hasilnya gw mesti ngulang 3 kali. Atau.. ah terlalu banyak kalo disebutin disini. Tapi dari sana saya belajar, karena kesalahan fatal itu.

Tapi, tiba-tiba itu semua membuat kesal. Damn, i never do things seriously! :/

Teringat tentang paradoksial penyembuhan. Dimana ketika seseorang berusaha sekuat mungkin melawan penyakitnya, maka penyakit itu akan semakin betah berada di tubuhnya. Mungkin semakin parah. Yang dimaksud berusaha sekuat mungkin disini, orang itu tidak ikhlas bahwa dia terkena penyakit itu. Dia terus-terusan berusaha sekuat tenaga untuk sembuh dengan menyangkal bahwa dia sakit , dengan terus menganggap bahwa dia tidak layak mendapat penyakit itu.

Maka. Mencoba sedikit bermain psikiater. Saya mencoba melacak akar dari penyakit ini. Mencoba bertualang kembali ke masa lalu. Mencoba mengingat sekuat tenaga ke masa kecil, yang katanya berperan sangat besar dalam membentuk alam bawah sadar yang berperan sangat besar dalam menentukan setiap tindakan. Saya mencoba berpikir, merenung, dan menganalisis.




So, hi Mr. Sloth. Sepertinya saya tahu darimana kebiasaan malas dan kebiasaan kabur itu mendapat bahan bakarnya. Rasa takut.

Ya, mungkin rasa takut. Akan kegagalan, atau simply penolakan yang membuat saya terbiasa secara otomatis menghindari masalah. Lebih baik saya tidak melakukan apa-apa, daripada saya gagal dalam mengerjakan sesuatu atau mendapat reaksi negatif atas pekerjaan saya. :/ Kinda sad. But, hey what can i do. Daripada terus menyangkal bahwa saya penakut, daripada terus menyangkal bahwa saya tidak layak disebut pengecut. Mungkin langkah awal buat mengatasi ini adalah dengan menerimanya dulu. :D

So. I think i finally now know what my enemy is. My sin. And it's time to face him. Time for another war!!